Pengguna Ganja Medis Lebih Mungkin Menggunakan Obat Resep Secara Medis dan Nonmedis
ABSTRAK
Tujuan: Penelitian sebelumnya telah menemukan korelasi tingkat populasi negatif antara ketersediaan ganja medis di negara bagian AS, dan tren penggunaan obat resep medis dan nonmedis. Studi-studi ini telah ditafsirkan sebagai bukti bahwa penggunaan ganja medis mengurangi penggunaan obat resep medis dan nonmedis. Studi ini mengevaluasi apakah penggunaan ganja medis merupakan risiko atau faktor pelindung untuk penggunaan obat resep medis dan nonmedis.
Metode: Simulasi berdasarkan analisis regresi logistik data dari Survei Nasional 2015 tentang Penggunaan Narkoba dan Kesehatan digunakan untuk menghitung hubungan antara penggunaan ganja medis, dan penggunaan obat resep medis dan nonmedis. Rasio risiko yang disesuaikan (RRs) dihitung dengan kontrol yang ditambahkan untuk usia, jenis kelamin, ras, status kesehatan, pendapatan keluarga, dan tinggal di negara bagian dengan ganja medis yang dilegalkan .
Hasil: Pengguna ganja medis secara signifikan lebih mungkin (RR 1,62, interval kepercayaan 95% [CI] 1,50-1,74) untuk melaporkan penggunaan medis obat resep dalam 12 bulan terakhir. Individu yang menggunakan ganja medis juga secara signifikan lebih mungkin untuk melaporkan penggunaan nonmedis dalam 12 bulan terakhir dari obat resep (RR 2.12, 95% CI 1,67-2,62), dengan peningkatan risiko penghilang rasa sakit (RR 1,95, 95% CI 1,41-2,62), stimulan (RR 1,86, 95% CI 1,09-3,02), dan obat penenang (RR 2,18, 95% CI 1,45-3,16).
Kesimpulan: Temuan kami menegaskan hipotesis bahwa korelasi negatif tingkat populasi antara penggunaan ganja medis dan bahaya obat resep terjadi karena pengguna ganja medis cenderung tidak menggunakan obat resep, baik secara medis maupun nonmedis. Pengguna ganja medis harus menjadi populasi target dalam upaya memerangi penggunaan obat resep nonmedis.